KUROYANAGI ditunjuk menjadi duta internasional UNICEF sejak 1984. Dia pun memecahkan rekor menjadi duta UNICEF terlama. Setiap tahun,dia mengunjungi dua negara.
Dia pernah berkunjung ke Afghanistan bertemu dengan para gadis dan perempuan yang terkekang di bawah pemerintahan Taliban. Sebanyak 29 misi ke berbagai negara telah dilaluinya.Tahun ini, untuk ke-30 kali, dia akan berkunjung ke Nepal.
”Saya ingin mengungkapkan rasa terima kasih kepada UNICEF yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk menjadi duta selama ini,”ungkap Kuroyanagi seperti dikutip situs resmi UNICEF. ”Saya tidak semata-mata menjadi aktris dan selebriti,tetapi saya juga mengemban misi UNICEF untuk bertemu dengan anak-anak di seluruh dunia,”imbuhnya.
Perempuan Asia pertama yang menjadi duta UNICEF itu mengaku memiliki pengalaman bertemu dengan anak-anak yang direkrut menjadi tentara,anak-anak yang kelaparan, dan para anak perempuan yang menjadi korban pemerkosaan selama konflik. ”Sungguh sangat menyakitkan melihat realitas yang ada,”paparnya.
Kuroyanagi tertarik dengan dunia pendidikan setelah dia menulis sebuah buku yang bercerita mengenai kenangan masa kecilnya. Buku yang berjudul ”Totto- Chan,Gadis Cilik di Jendela”. Buku tersebut bercerita tentang gadis kecil bernama Totto- Chan (panggilan kecil Kuroyanagi). Ibu guru menganggap Totto- Chan nakal, padahal gadis cilik itu hanya punya rasa ingin tahu yang besar.
Itulah sebabnya ia gemar berdiri di depan jendela selama pelajaran berlangsung.Karena para guru sudah tak tahan lagi, akhirnya Totto-Chan dikeluarkan dari sekolah. Akhirnya, Mama Totto-Chan pun mendaftarkan Totto-Chan ke Tomoe Gakuen.Totto-Chan girang sekali,di sekolah itu para murid belajar di gerbong kereta yang dijadikan kelas.
Dia bisa belajar sambil menikmati pemandangan di luar gerbong dan membayangkan sedang melakukan perjalanan. Di Tomoe Gakuen, para murid juga boleh mengubah urutan pelajaran sesuai keinginan mereka.
Ada yang memulai hari dengan belajar fisika,ada yang mendahulukan menggambar,ada yang ingin belajar bahasa dulu,sesuka mereka.Karena sekolah itu begitu unik,Totto-Chan pun merasa heran. Bukan cuma itu, Totto-Chan juga mendapatkan banyak pelajaran berharga tentang persahabatan, rasa hormat, dan menghargai orang lain serta kebebasan menjadi diri sendiri.
Buku Totto-Chan tersebut diterjemahkan ke bahasa Indonesia pada 1984. Hingga kini, buku tersebut telah diterjemahkan lebih dari 30 bahasa. Bukan cuma itu, Totto-Chan menciptakan sejarah dalam dunia penerbitan di Jepang saat itu dan terjual sebanyak lebih dari 4,5 juta buku dalam setahun.
Bahkan,Kuroyanagi menerima hadiah untuk buku nonfiksi dan tiga penghargaan lain.Pemerintah Jepang memutuskan buku ini sebagai buku wajib dalam dunia pendidikan. Hingga saat ini,Totto- Chan pun menjadi buku pegangan bagi para pengajar dan pendidik di berbagai negara mengenai konsep pendidikan.
Kemudian, pada 1997,Kuroyanagi membuat buku yang berjudul ”Totto-chan's Children”. Buku tersebut menceritakan pengalamannya sebagai duta UNICEF. Dalam buku itu, dia menggugah semua orang atas banyaknya penderitaan anak-anak di dunia ini. Selain penulis, perempuan kelahiran 9 Agustus 1933 tersebut juga dikenal sebagai aktris terkemuka di Jepang.
Namanya mulai melambung sejak 1975 ketika dia membuat program televisi bertajuk Tetsuko's Room (Tetsuko no Heya) di Asahi. Program itu merupakan program talk show pertama di Jepang. Dalam acara tersebut,Kuroyanagi membahas berbagai hal,mulai politik, olahraga hingga berbagai isu lain. Tetsuko's Room pun menjadi fenomena di Jepang.
Dia 14 kali meraih penghargaan aktris televisi paling favorit dalam Japanese Cultural Broadcasting Award yang digelar setiap tahun. Perempuan kelahiran Nogisaka, Tokyo itu pada 2006 disebut oleh Donald Richie dalam bukunya mengenai Jepang berjudul Japanese Portraits: Pictures of Different People. Richie menganggap Kuroyanagi sebagai perempuan paling populer dan menginspirasi banyak orang.
Sebenarnya, Kuroyanagi bercita- cita menjadi seorang penyanyi opera hingga dia pun menempuh studi di Tokyo College of Music.Namun, dia tak menyesal cita-cita itu tak tercapai. Kuroyanagi juga menjadi perbincangan di kalangan media dan publik Jepang.
Majalah berbahasa Inggris di Jepang, Metropolis, menjuluki Kuroyanagi sebagai ”Tamanegi Oba-san” (Nenek Bawang). Pasalnya,Kuroyanagimemilikigaya rambut yang berbeda dan unik. Selain itu, jarang sekali orang yang meniru gaya rambut Kuroyanagi. (andika hendra m)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar