KOMPAS.com - Kalangan orangtua diingatkan untuk lebih berhati-hati dalam membantu menentukan pilihan program studi di perguruan tinggi pada anak-anak yang lulus SLTA, agar tidak sampai salah hingga kemudian terjadi penyesalan.
Hal itu mengingat pilihan terbaik program studi adalah yang sesuai dengan potensi bakat anak, namun banyak terjadi salah pada minat anak-anak atau bahkan keinginan orangtua, yang sifatnya sesaat dan berubah-ubah, demikian terungkap dari seminar psikologi dan pendidikan di Denpasar, Minggu.
Pada acara bertema Mencetak Anak Juara Dari Rumah yang pesertanya melimpah sampai sekitar 1.000 orang sehingga harus dibagi dalam dua sesi itu, menampilkan pembicara, Instruktur Smart Primagama, Drs H Supriyadi dan psikolog dari Yogyakarta, Nurmey Nuruly, SPsi.
Supriyadi mengingatkan, pentingnya pihak sekolah maupun orangtua/walimurid
membantu menemukan potensi bakat pada anak-anak melalui berbagai metode, misalnya dengan mengajukan berbagai pertanyaan guna mengetahui mereka siap dan mudah atau kesulitan dalam menjawabnya.
"Jika beberapa pertanyaan dari salah satu bidang studi dapat dengan mudah dijawab, maka bidang studi itulah salah satu indikasi potensi bakatnya. Tetapi akan lebih akurat apabila melalui cara ilmiah seperti tes psikologi, metode sidik jari dan lainnya," katanya.
Sementara Rully menekankan pentingnya membangun suasana senang pada anak-anak, agar mampu dengan mudah mempelajari hal-hal yang sesuai dengan potensi maupun minatnya.
"Kenapa anak-anak suka sulit disuruh belajar, karena mereka berada dalam suasana yang tidak mendukung. Coba mereka senang, tidak disuruh pun akan rajin belajar," ucapnya seraya mengingatkan bahwa anak-anak bukan "orangtua kecil".
Penciptaan suasana senang, gembira, baik di rumah maupun di sekolah, akan mampu menggali potensi bakat yang bersangkutan, sehingga dapat memudahkan proses penjurusan di SLTA maupun pemilihan program studi ke jenjang perguruan tinggi.
Ia mengingatkan, bahwa selama ini banyak terjadi anak-anak menempuh studi yang sebenarnya tidak sesuai dengan potensi bakatnya, hanya karena menuruti keinginan orangtua atau minat sesaat yang didasarkan ajakan teman atau bahkan sekedar gengsi.
"Janganlah kita memaksakan anak-anak menempuh studi pada bidang yang tidak sesuai potensi, apalagi tidak diminati. Hal itu sama saja kita ’memenjarakan’ mereka selama masa studi. Tetapi kalau belajar sesuai potensi bakat, maka mereka akan enjoy dan hasilnya bisa memuaskan," tambahnya.
ABD
Sumber : Antara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar