ORANG tua sebaiknya ikut mengawasi anak yang sedang bersosialisasi di lingkungan barunya.Namun hindari melakukan pengawasan secara berlebihan.
“Pengawasan sangat diperlukan, terutama pada anak yang masih dalam masa perkembangan. Ini karena lingkungan yang sekarang itu sangat riskan,” ucap Shelomita Sulistiany lebih dikenal sebagai Shelomita. Dampak negatifnya bila orang tua tidak melakukan pengawasan adalah terjadinya suatu hal yang di luar dugaan sehingga mungkin akan mengancam keselamatan anak.
Namun, bukan berarti pengawasan dilakukan berlebihan. “Anak yang sedang bermain di taman misalnya, bagi orang tua cukup memperhatikan mereka dari pinggir saja. Biarkan mereka bermain dengan temannya, dengan pendekatan mereka sendiri,” ujarnya. Hal yang sama juga dikatakan psikolog keluarga dari I Love My Psychologist, Dra Psi Heryanti Satyadi MSi bahwa dalam membantu anak bersosialisasi, tidak perlu pengawasan yang berlebihan dari orang tua.
Orang tua cukup memberi fasilitasnya, terutama memberi waktu kepada anak untuk bermain dengan teman sebaya. Selain itu, orang tua juga tidak perlu membatasi gerak anak, tetapi yang perlu diajarkan adalah kepekaan sosial. Jadi anak diajarkan dapat melihat situasi sosial, menilai apa yang menjadi tuntutan sosial yang harus dipenuhi saat itu dari dirinya.
Kemudian anak dilatih untuk menjawab kebutuhan lingkungan sosial yang dihadapinya dengan keunikan pribadinya tanpa tekanan harus begini atau begitu. “Anak boleh menjadi dirinya namun tidak boleh melanggar social boundariesyang ada dan yang sudah dipahaminya,” ujarnya.Misalnya saja, anak bermain dengan teman-teman di lingkungan barunya.
Anak perlu diberi batasan mana yang boleh dan mana yang tidak boleh ia lakukan bersama teman-temannya. Adapun bagi anak-anak yang dipilihkan orang tuanya bersekolah di rumah atau homeschooling, tidak perlu takut akan anak menjadi kurang pergaulan. Sosialisasi bisa dilakukan di luar rumah. Misal dengan teman rumahnya atau dengan orang yang ada di dalam rumah.
“Teman-teman yang ada di sekitar rumah bisa diajak bermain bersama dan diperkenalkan orang tuanya,” ucap Shelomita yang mempunyai lembaga di bidang home schooling “Langkahku child & family educare”. Shelomita mengajarkan sosialisasi bagi anak didik home schooling- nya dengan melakukan banyak kegiatan bersama berupa gathering yang mempertemukan antara orang tua murid yang tergabung dalam “Langkahku Child & Family Educare”.
“Walaupun mereka sekolah di rumah, minimal 2 bulan sekali anak-anak yang tergabung dalam ‘Langkahku child & family educare’ bertemu dan dijadikan sebagai ajang perkenalan mereka untuk lebih dekat,” ucap ibu tiga anak ini.
Sindo, Tuesday, 02 June 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar