Selasa, Juni 02, 2009

Perkembangan Anak : Bersosialisasi di Tempat Baru

BAGIanak-anak,beradaptasi dengan lingkungan baru bukanlah hal yang mudah. Bila anak mengalami kesulitan,bantulahdengan tanpa paksaan.

Beberapa hari terakhir ini Alin sering mengurung diri di kamarnya. Sesekali ia mengintip anakanak yang sedang bermain di depan pagar rumahnya.Sejak pindah di rumah barunya,bocah berusia 3 tahun itu lebih sering menyendiri. Lingkungan baru yang belum dikenalnya membuat ia tidak percaya diri.

Tidak semua anak senang di lingkungan barunya. Ada anak yang memang sudah percaya diri di tempat baru, tetapi tidak sedikit juga anak yang memiliki tipe pemalu sehingga ia susah untuk beradaptasi di tempat barunya. Psikolog sekaligus pemerhati anak, Seto Mulyadi mengatakan, untuk anak yang mempunyai tipe pemalu,beradaptasi di tempat baru memang bukan hal yang gampang.

Nah,untuk membantu peran orang tua sangat dibutuhkan.Hendaknya Anda memberi penjelasan mengenai dunia luar dan diberikan secara bertahap.Jika anak pemalu sudah terbiasa, dan menjadi bisa,maka ia akan melangkah maju lebih cepat. “Anak dengan tipe pemalu jika dipaksakan mengenal dunia luar akan menjadi trauma,” ucap pria yang biasa disapa Kak Seto ini.

Setiap anak akan mengalami perubahan, dari yang tahu menjadi tidak tahu, dari yang besar menjadi kecil, dari yang SD menjadi SMP.“Setiap anak pasti akan tumbuh dan berkembang. Ajarkan anak dalam hal bergaul, melakukan pekerjaan, bersikap dan bertindak,” ungkap Kak Seto. Dikatakan Kak Seto,dalam hal ini juga perlu dilakukan simulasi atau pelatihan dalam mengenali dunia barunya.

Misalnya dalam hal mengenal lingkungan barunya di sekolah, dengan cara mengajak anak melihat gedung sekolahnya yang baru,memperkenalkan kepada guru-guru dan mengajarkan mereka bahwa guru-guru di SMP untuk satu mata pelajaran adalah satu. “Anak jadi tidak kaget pada saat hari pertama ia masuk sekolah jika sebelumnya sudah diperkenalkan dengan lingkungan barunya,” ucap Kak Seto.

Selain itu juga, Kak Seto mengatakan mendampingi anak di awal mereka masuk adalah sesuatu yang normal, tidak untuk memanjakan mereka, tetapi hanya mengantarkan mereka untuk membantu berlatih bicara kepada guru. Dikatakan psikolog keluarga dari I Love My Psychologist,Dra Psi Heryanti Satyadi MSi bahwa sejak anak berusia dua tahun, biasakan untuk masuk di lingkungan yang lebih luas dari sekadar lingkungan rumah.

Ajarkan anak untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang-orang lain yang sering dijumpai selain orang tua,pengasuh, atau anggota rumah lainnya. “Ajarkan anak menjawab sapaan atau pertanyaan dari orang lain dan menyapa orang yang ada di sekelilingnya,” tutur psikolog yang sedang disibukkan dengan kegiatan kuliah doktoral di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Heryanti berpesan untuk jangan terlalu memaksakan anak bersikap ramah dan akrab dengan teman-teman yang baru dikenalnya. Biarkan anak meningkatkan tahap sosialisasinya sejalan dengan pertumbuhan usianya. Tiap anak memiliki gaya berbeda dalam menyesuaikan diri sesuai dengan temperamennya.

Ada yang sangat mudah masuk di lingkungan baru dan beradaptasi dengan orang-orang yang ada.Ada juga yang pendiam dan enggan bersosialisasi.“Tidak dapat dipaksakan akan reaksi sosial tiap anak yang berbeda-beda,”ujar psikolog yang aktif sebagai narasumber di pembinaan gender “Wanita Bijak” Indonesia ini.

Cara yang bisa ditempuh dalam membantu sang anak untuk menghadapi dunia barunya, menurut Kak Seto yang juga pemilik sanggar si Komo,ialah melakukan dialog atau komunikasi timbal balik dengan anak.Yakinkanlah kepada anak bahwa semua anakanak yang lain juga akan mengalami hal yang sama seperti ini.

Dikatakan artis sekaligus pemilik lembaga home schooling ”Langkahku Child & Family Educare” Shelomita Sulistiany, sosialisasi mempunyai dampak positif bagi orang yang melakukannya, termasuk anak-anak.”Sosialisasi bisa berdampak pada perkembangan anak, meningkatkan rasa kepercayaan dirinya, serta bagus untuk building team work, atau kerja sama dengan temannya,” tutur penyanyi yang juga lulusan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia ini.

Di mana dampak itu paling terlihat adalah dari bahasa dan sikap yang diperoleh anak. Di saat anak-anak berteman di lingkungan, baik dengan teman-teman yang biasa berkata baik,maka bahasa mereka pun biasanya terbentuk menjadi baik.

Sindo, Tuesday, 02 June 2009

Tidak ada komentar: